Fobia bukanlah masalah yang sulit diatasi dengan terapi musik. Sebagian besar fobia bisa disembuhkan dalam waktu satu jam saja. Kesembuhan tersebut pun bertahan lama atau permanen.
Fobia adalah rasa takut yang berlebihan dan tidak wajar terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian tertentu, yang ditandai dengan keinginan untuk selalu menghindari sesuatu yang ditakuti itu. Perbedaan fobia dengan rasa takut biasa adalah sesuatu yang ditakuti oleh penderita fobia biasanya bukanlah obyek yang menakutkan bagi sebagian besar orang normal.
Apabila penderita fobia secara tidak sengaja atau terpaksa bersinggungan dengan obyek yang ditakuti, maka akan terjadi reaksi panik, cemas, gemetar, nafas pendek dan cepat, jantung berdebar, keringat dingin, ingin muntah, kepala pusing, badan lemas, tidak mampu bergerak, atau bahkan sampai pingsan.
Pada kasus fobia yang lebih parah, gejala kecemasan yang sangat hebat selalu menyertai penderita. Penderita akan terus-menerus merasa takut walaupun disekitarnya tidak ada obyek yang ditakutinya. Perasaan cemas bisa muncul hanya dengan membayangkan atau mengingat obyek yang ditakuti.
Sebagian besar penderita fobia menyembunyikan ketakutannya, atau tidak berterus terang kepada orang lain soal rasa takutnya yang tak wajar karena takut dianggap gila atau sakit jiwa oleh orang lain. Sebenarnya fobia bukanlah gangguan mental yang serius, orang yang menderita fobia tetap bisa beraktivitas normal dengan cara menghindari sumber rasa takutnya. Fobia terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan fobia.
Saat musik berputar, perasaan buruk pelan-pelan menghilang. Apa pun jenis musiknya, itu akan membantu memperbaiki situasi hati pendengarnya. Demikian kesimpulan penelitian terbaru di jurusan psikologi dan jurusan musik Penn State University, Altoona. "Sampel mahasiswa kami menunjukkan emosi yang positif setelah mendengarkan musik. Emosi positif itu makin lama makin kuat," ujar Valerie N. Stratton, pakar psikologi yang memimpin penelitian ini.
Bersama koleganya, pakar musik Annette H. Zalanowski, Stratton meneliti perasan mahasiswa setiap kali mendengarkan musik. Mahasiswa yang menjadi relawan diminta mendengarkan musik dan menulis buku harian selama dua minggu. Mereka juga diminta melaporkan mood-nya sebelum dan setelah tiap episode musik. Hasil penelitian itu dilaporkan dalam edisi terbaru Psychology and Education: An Interdisciplinary Journal.
Menurut penelitian itu, tidak jadi soal apakah musik yang diperdengarkan beraliran rock, soft rock, pop, lagu kenangan, musik klasik, atau musik new age. Juga tidak jadi soal apakah musik itu dimainkan saat pendengarnya beraktivitas-seperti berpakaian dan mengemudi-atau saat bermeditasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar